Thursday, March 14, 2013

Antara Senja dan Malam Maret Bertanggal Empat Belas

Fajar kini tak lagi gemilang...
Dia terpaksa beranjak jauh sedikit demi sedikit, dia mendekat menuju ufuk barat.
Burung-burung pun sudah enggan bersiul. Tak ada lagi alunan cicit-cicit yang elok, mereka sibuk untuk bergegas, kedua sayapnya mengepak-ngepak menuju sarang mereka. Bulu-bulu nya sedikit rontok meninggalkan jejak-jejak.

 
Hm... seandainya saja kutahu berbahasa mentari, aku hanya ingin berbicara sepatah kalimat untuk membujuknya agar ia tak terbenam secepat itu, bukan berarti aku amat mencintai sinarnya, lebih tepatnya sekedar gugup untuk bertemu kelamnya malam.

Telinga ini hanya tak terbiasa untuk mendengar krik-krik jangkrik yang menggantikan kicauan nuri. Dan... yang paling kukhawatirkan, mencintai cahaya bulan, tidak! Sekali lagi tidak! Rasanya cukup mustahil untuk mencintai sesuatu yang dibenci. Rasanya tak wajar jika yang kugemari hanya pantulan sinar mentari kepada bulan. Dan rasanya cukup aneh jika krik krik jangkrik itu suatu saat kunamakan alunan merdu.

Bayang-bayang gelap kini menembus akalku, kelihatannya alat ahli pikir ini sedang memprediksikan sesuatu yang tidak-tidak. Aku mulai mencari tahu mengenai keadaan malam.
Apakah sekarang aku sedang lupa? Bahwa di sana, tepat di dekat ufuk barat. Fajar sedang menunggu waktunya terbenam, itu artinya masih ada waktu untuk menyaksikan setangkai sinarnya.
Tapi apa yang aku lakukan? Aku dengan bodohnya membuang-buang waktu untuk berangan-angan akan keadaan malam.

Dan yang paling ku sesali yakni sewaktu fajar sedang bebasnya berdiri tepat di tengah-tengah bentangan langit yang amat luas. Saat itu, aku malah mencoba bersembunyi, mencari-cari pohon yang teduh dan hanya sepercik sinar yang ingin kupandang. Namun, bukan manusia namanya bila penyesalan berada di awal.

Kelihatannya beberapa menit lagi sinar jingga itu melenyap, lebih baik kugunakan waktu yang kilat ini untuk menatap indahnya fajar pada menit-menit terakhir. 
Demi menghindari kisah yang menciptakan kesesalan (lagi) suatu saat nanti.


"Please, Don't leave me alone, twilight! I'm afraid to meet the night." - My Heart and Mind

0 comments:

Post a Comment

 

Blog Template by BloggerCandy.com