Di awal kedatangannya, sosoknya mengagumkan.
Membuat tubuhmu hangat dan
matamu berbinar.
Ia menyapu embun pada pucuk-pucuk kemuning, menyapa manusia-manusia yang
sebagian masih terlelap dengan senyuman suam pun menyejukkan.
Ia hadir dengan
sosok ramah dan menawan. Sayangnya tak berselang lama, ketika ia tepat di atas
kepalamu, teriknya menyilaukan, membuat setiap kening yang dijumpanya berkerut
dan mata menjadi sipit, ia tak lagi hangat.
Namun sangat dinanti para ibu rumah
tangga tuk mengeringkan jemuran mereka.
Ketika awan-awan menjingga, cahayanya meneduhkan, perawakannya menyejukkan,
ia selalu saja disambut oleh burung-burung yang pulang bekerja, menghampiri
anak-anaknya di sangkar buatannya dengan penuh cinta.
Ia dengan setia menanti burung-burung pulang dengan pencahayaan oranyenya.
Lalu seakan ingin ikut pulang.
Tanpa
sepatah salam perpisahan. Ia hanyut oleh air laut, bersembunyi dibalik
gunung-gunung nan menjulang, menuruni balik-balik atap kantoran.
Lalu menghilang dalam semenit.
Ia pergi tuk dinanti...
Wednesday, August 20, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment