Kepada Ibuku tercinta –Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga Ibu-
Di rumah telah lama aku pendam rasa ini, telah lama rasa ini terkubur lama setelah sekian lama rasa angkuh ini menghias akhlakku kepadamu sampai tersadar diri anakmu ini dari tidur lama dan terhias mimpi dusta.
Wahai ibu, sekiranya kasih sayangmu itu terlukis dalam pena niscaya tidak ada yang mampu melukiskannya seindah kasih sayangmu
Wahai ibu, sekiranya ada kasih sayang sayang seorang anak yang paling sayang kepada ibunya niscaya tidak ada kasih sayang anak yang melebihi kasih sayang seorang ibu yang paling sayang kepada anaknya.
Wahai Ibu, sejujurnya anak Ibu ini malu ketika Ibu tahu sekiranya selama ini anak ibu ini telah banyak berbuat dzolim kepada ibu. Tidak ada kata melainkan kata maaf yang pantas untuk diucapkan dan tak ada perilaku yang baik melainkan berbakti kepadamu wahai Ibu.
Wahai Ibu, ketika aku belum lahir engkau mengandungku selama Sembilan bulan Sembilan hari dengan rasa sabarmu ketika Ibu harus selalu miring ketika tidur, harus sabar ketika menahan rasa berat yang harus ibu rasakan karena mengandungku, rasa letih karena harus membawaku ketika ibu hendak bepergian. Namun, rasa sayangmu wahai Ibu telah mengalahkan semua rasa yang harus Ibu pikul selama mengandungku.
Wahai Ibu, ketika engkau melahirkan aku. Ibu harus menguras tenaga Ibu dan harus mengenyam rasa sakit yang amat-amat sakit sekiranya jika bukan karena rasa sayangmu kepada anak Ibu ini niscaya Ibu akan enggan untuk mengandung dan melahirkan Anak Ibu ini.
Wahai Ibu, ketika aku sudah lahir Ibu harus menyusui Anak Ibu ini. Dengan penuh sabar Ibu harus bangun malam ketika anak Ibu ini menangis di tengah malam, ditengah lelapnya tidur Ibu setelah lelahnya Ibu merawat Anak ibu ini dari bangun sampai tidur lagi.
Wahai Ibu, sekranya Ibu bukan orang yang penuh kasih sayang tentunya akan membiarkanku ketika aku telat makan, sekiranya ibu bukan orang yang berharap kebaikan kepadaku tentunya ibu akan membiarkanku ketika aku berbuat maksiat Kepada Allah Ta’ala, Membiarkanku dalam kejahilan yang sesat lagi menyesatkan-semoga kita terhindar dari hal ini-.
Namun karena Ibu penuh kasih sayang Ibu akan mencariku ketika telat makan, Ibu akan menyuruhku untuk makan ketika enggan untuk makan atau mungkin Ibu akan memarahiku (memarahi untuk kebaikanku) ketika aku durhaka kepada Ibu. Dengan lemah dan lembut ibu menasehatiku ketika anak ibu ini melenceng dalam bersikap.
Sekiranya Ibu ini orang yang menginginkan anaknya tenggelam dalam kebinasaan tentunya ibu akan membiarkan anak Ibu ini tenggelam dalam kebodohan namun karena Ibu menginginkan keselamtan untuk anak Ibu maka Ibu akan mendidik anak Ibu ini dengan penuh kesabaran, Ibu menyekolahkanku ketika Ibu tidak mampu untuk mendidikku dalam bidang yang lain.
Wahai Ibu, sekian lama Ibu menelan ucapan kotor dari diri anakmu ini, menahan rasa sakit hati karena sikapku yang dzolim kepadamu.
Wahai Ibu, cukup sudah kedzoliman anak Ibu ini. Sudah saatnya kata maaf ini keluar dari bibir anakmu. Sudah saatnya sikap-sikap berbakti menghiasi akhlakku kepadamu.
Sumber: http://roheemar.wordpress.com/2012/07/04/catatan-yang-dulusuratku-untukmu-wahai-ibu/
0 comments:
Post a Comment