Sunday, August 11, 2013

Mengenai Pencarian Oase

Matahari itu kembali terbit dengan sepercik sinar keemasan yang tembus melalui daun jendelanya
Lalu diiringi detak-detak jam dinding pada sudut dinding kamarnyaDibalut keheningan dengan dinginnya udara pagi kala itu
Terbaring lemah di atas spring bed yang telah menjadi tempat tinggal ketiga boneka kesayangannya
Tenggelam dalam suasana teramat damai
Matanya masih terkatup-katup sambil memandangi langit-langit kamarnya

Hampir setiap hari seperti itu, hari baru tanpa aktivitas baru dilaluinya
Terlihat begitu datar namun hal itu membuatnya merasa sangat nyaman
Menggeluti hari-hari barunya dengan dunia yang diciptakannya sendiri

Semenjak peristiwa Dua Puluh Tujuh yang diisyaratkannya itu
Revolusi menghampiri setiap prinsip kehidupannya
Seperti halnya; Berbicara seperlunya. Padahal, sebelumnya gadis itu sangat aktif, sekali berceloteh saja susah untuk berhenti
Membaca dan mengoleksi berbagai macam buku-buku religi. Sebelumnya pun gadis itu cukup anti dengan yang namanya membaca, menurutnya membosankan dan hanya menciptakan kantuk untuknya (dulu)
Dan berbagai perubahan lainnya pada setiap sisi kesehariannya

Entah apa yang menjadi tujuannya
Perubahan itu seharusnya positif
Namun sebagian besar teman-temannya merasakan ada hal yang janggal pada gadis berkulit putih dengan balutan jilbab anggun di kepalanya itu

Hanya senyumannya yang tak berubah
Lengkungan manis kemerahan itu setiap saat dijaganya
Tampak naif namun tergambar jelas bahwa di pundaknya sedang tertumpuk berbagai masalah

Teman bahkan sahabatnya pun tak tahu bahwa kini terdapat liang tanpa dasar di hatinya
Apakah karena peristiwa Dua Puluh Tujuh itu?
Apa yang sebenarnya terjadi?
Yang sampai-sampai membuat hatinya merasa seperti jerami kering yang disiram bensin lalu tersulut api

Belum lagi dengan kebiasaannya setiap malam akhir-akhir ini
Di balik jendela, mata nya memandangi langit bagaikan bentangan sajadah biru tua dengan air yang sering menelaga di sana. Tanpa sadar air itu bercucuran di pipinya

Kini..
Satu-satunya tempat mencurahkan segala isi hatinya, tempat menumpahkan segala beban laranya, tempat mengeluarkan beribu cerita yang tersekat di tenggorokannya, yakni hanya Allah yang penuh kasih.

- Tulisan ini bukan mendeskripsikan mengenai gadis yang berselimut putus asa, namun mengenai gadis yang sedang mencari oase pada gersangnya padang pasir.

Minggu, 11 Agustus 2013

0 comments:

Post a Comment

 

Blog Template by BloggerCandy.com