Kumenyeru. Kau tak juga menoleh.
Kumenyeru kembali dan akhirnya kau menoleh. Sayangnya, kau hanya mematung.
Ada apa?
Tidakkah kau merasakan apa yang sedang kurasakan?
Cobalah! Aku serius. Ini sangat menyenangkan.
Ketika jum'at pagi merapikan mukena-mukena agar berjejer rapi, lantai-lantai
berkilau, dan dinding-dinding hijau mengeluarkan udara segar. Ini bahkan lebih
menyenangkan ketimbang menonton jagoan atlet bulutangkismu memenangkan
pertandingan.
Ketika jum'at pagi tak ada satupun bangku yang kosong, semua mendekap erat
mushafnya, dan bibir mereka basah karena melantunkan surat cinta-Nya. Ini
menyenangkan. Rasanya seperti berada ditepi telaga nan berembun.
Ketika jum'at siang semua shaf terisi penuh hingga berdempetan, oleh
orang-orang berwajah haus akan ilmu, lalu dikelilingi bentangan sayap dari para
cahaya. Ini menarik. Bak menatap senja yang telah berjam-jam kau nantikan.
Mereka bilang, jalan dakwah itu tak pernah mudah.
Kami menyadarinya, ini belum ada apa-apanya.
Perjuangan ini belum bahkan tak sampai diludahi, diusir, dimaki, dan
dituding gila layaknya perjuangan sang kekasih Allah. Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam.
Bersabarlah, karena perjalanan ini masih sangat panjang.
Masih banyak kerikil dan jurang di depan sana. HAMAASAH! ;D
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment