alat pikir kami sesaat terputus, melongo bodoh dan terus mencari kepastian.
Kami merasa sangat berat, hingga masih belum percaya.
Bahwa sesosok ibu nan hangat itu telah tiada,
Sosok ibu nan memiliki senyum terindah itu telah pergi,
Pribadi lemah lembut itu kini meninggalkan kami.
Bukan hanya kami,
kelas, bangku guru serta taplak meja yang sering beliau rapikan sebelum
beranjak pun akan merasa kehilangan.
Sosok ibu yang
benar-benar baru saja kemarin berdiri kokoh di hadapan kami, kini telah
terbujur lemah dibalik sehelai kain batik.
Tak kita temui lagi
candaan dan tatapan sejuk beliau
Namun kedua matanya
masih nampak teduh seperti biasanya,
Perawakannya tetap
berwibawa dan anggun seperti hari-hari sebelumnya,
Sapaan serta
nasihat-nasihatnya masih bertalun jelas di benak kami.
Teruntuk Ibunda
Rahmatia yang selalu hidup di sanubari, terima kasih banyak atas segala
dedikasi yang telah Ibu berikan kepada kami, pengabdian serta nasihat yang
telah banyak menumbuhkan pola pikir kami, jasa-jasa Ibu akan terus kami kenang.
Kami semua merasa sangat kehilangan dan senantiasa memanjatkan doa agar Ibu
ditempatkan di sisi-Nya sebagai tempat yang terbaik. Karena kasih sayang Allah
kepada Ibu nampaknya lebih besar dibanding kami.
Innalillahi wa inna ilaihi raji'un wa inna ila rabbina lamunqalibun. Al-Fatihah.
![]() |
Mengenang momen bersama Ibu Tia |
2 comments:
Innalillahi wa inna ilaihi raji'un, Ya Allah tabahkanlah hati mereka yang kehilangan. Semoga ridho Allah senantiasa diberikan kepada Almarhum. Aamiin
Aamiin Ya Rabbal Alamin..
Post a Comment