Tuesday, August 9, 2016

Let's Go Back to the Good Old Days, My Bestie


Bukankah ketika orang lain terlebih saat orang terdekat kita perhatian kepada kita, kita akan merasa senang dan merasa sangat disayangi?
Saya tahu bahwa pribadi orang berbeda-beda tapi mengenai hal ini, saya pikir semua orang pasti akan merasakan hal yang sama.

Saya hanya sangat sangat tidak bisa mengerti. Ketika saya hanya menunjukkan rasa perhatian dan sayang kepadanya. Dia malah merasa dibenci dan marah bukan main. Saya benar-benar heran, maksud saya, bagian mana yang membuatnya marah? Apa yang membuatnya mengubah keperhatianan saya itu menjadi kebencian?
Apa yang membuat alat pikirnya menolak untuk sediiikitt saja mengerti maksud dan niatan saya?
Bahkan setelah meminta maaf dan tidak ada lagi ketergesekan beberapa bulan, eh ternyata setahun kemudian kebenciannya itu masih tersimpan lalu dicipratkan kembali.
Saya tidak bisa menahan diri juga untuk tidak merasa marah dan kesal. Marah kepadanya dan marah kepada diri saya sendiri. Karena hal ini, saya malah memiliki trauma dan sebisa mungkin untuk tidak menasihati sahabat saya sendiri apalagi orang lain. Saya terus menahan diri sebisa mungkin. Saya malah memilih diam.

Bodoh.
Hanya karena ini, saya malah mengunci diri dan membiarkan hal-hal negatif bergentayangan di sekitar orang-orang yang saya cintai setahun belakangan ini.
Saya kecewa. Kecewa kepadanya dan kepada diri saya sendiri. Namun kejadian itu benar-benar sangat berdampak besar untuk saya. Ketika saya mencoba untuk kembali menunjukkan rasa sayang itu, bayang-bayang kejadian ini muncul dan seketika menghentikan saya dan lebih baik tidak berbuat apa-apa.
Walaupun saya bukan orang yang baik-baik amat, tapi alhamdulillah saya tau mana yang baik mana yang bukan, mana yang dosa mana yang tidak. Namun saya menyerah.

Saya pernah berpikir, mungkin cara saya menyampaikan saja yang salah, tapi setelah setahun ini berpikir, saya belum juga mendapati kesalahan dari cara yang saya lakukan. Saya putus asa dan memilih untuk mendiami saja.

Kepadamu, teman kecil dan sahabat sedari bangku SMP, saat itu saya benar-benar tulus hanya ingin melihatmu menjadi lebih baik, karena saya yakin yang kamu lakukan itu salah. Saya benar-benar tidak ada sedikitpun maksud untuk menjatuhkan atau menyakitimu.

So, can we go back to the good old days? Can you just let go of your painful? Could you try to understand me?
You know that writing this kind of letter makes me goosebump, right? But I really tried to show my sincerity..

1 comments:

Post a Comment

 

Blog Template by BloggerCandy.com