Monday, February 3, 2014

Hari Tanpa Hujan

Siang itu dibalik daun jendela. Kutelusuri setiap arak-arakan awan dengan tatapan asing, dengan senyum ragu di tengah riuh. "Apakah titik-titik air itu telah pergi beristirahat?," batinku mengulum. Rasanya ganjil, mereka terlihat begitu lepas dan cerah. Mungkinkah tubuh ini rindu akan kesejukannya yang kadang menusuk, yang kadang kukeluhkan?
Recikan gaduhnya yang menenangkan, awan kelamnya yang meneduhkan, dan gemuruh petirnya yang mengejutkan tak kutemui sedari tadi. Tidak, aku tidak merindukannya, sekedar ingin bertemu lebih tepatnya.

Hhh..
 sampai kapan aku bisa terbebas dari sandiwara menjemukan ini?
Tiga tahun? Lima tahun? Atau bahkan sepuluh tahun? Entah..

Kuciptakan hal-hal menarik untuk bertahan, tuk bersabar. Dengan crayon warna mungkin, walaupun kekanak-kanakan asal tidak membuatku jenuh saja.

Hingga musim itu tiba, kesejukan, recikan gaduh, awan kelam, pun gemuruh petir itu kembali. Kelak dapat kunikmati butiran tirtanya. 
"Hanya perlu bersandiwara, bukan?"





Di hari tanpa hujan, 3 Februari 2014

0 comments:

Post a Comment

 

Blog Template by BloggerCandy.com